Hari demi hari berlalu. Jiwa makin
meronta. Meronta dalam pergolakan diri. Diri yang coba mengenali arti
kehidupan. Makin panjang tempuh masa kehidupan, makin banyak omongan indah
tentangnya. Sedangkan, itukah hakikat kehidupan? Adakah kehidupan ini
diciptakan hanya untuk keseronokkan? Atau kehidupan ini hanyalah satu
perjalanan?
Persoalan demi persoalan timbul di benak dan bermain-main difikiran. Yang pasti
fatamorgana kehidupan yang makin jelas pada pandangan. Hakikat kehidupan makin
kabur, makin jauh pengertiannya pada diri. Kehidupan fatamorgana ini hanya
sekali, tiada kali kedua atau ketiga. Tetapi mengapa Maha Pencipta memberikan
peluang yang sekali ini kepada manusia? Adakah untuk bersenang senang, umpama
percutian di pulau yang indah, atau ada tujuan lain yang lebih penting yang coba
Dia sampaikan?
Menelusuri hakikat kehidupan, tiada yang indah dalam kehidupan fatamorgana ini. Kehidupan yang terindah adalah kehidupan yang hakiki, kehidupan yang abadi. Di saat diri mengadap semula Maha Pencipta dan menerima hasil daripada usaha dalam kehidupan fatamorgana ini. Kehidupan yang sering diuji, kehidupan yang penuh dengan ranjau dan duri. Ujian yang membuktikan kemahuan pada yang Esa, ujian yang menampakkan betapa kerdilnya diri disisiNya. Tapi, hingga ke saat ini, apakah pandangan Dia pada diri ini? Adakah kesenangan dan kemudahan yang dihadapi sekarang adalah tanda redhaNya? Atau semua itu hanyalah fatamorgana, yang hakikatnya adalah ujian yang makin menimpa-nimpa.
Semakin hari, semakin kerdil terasa diri ini. Adakah hati ini akan terus cekal menghadapi segala ujian yang mendatang, atau adakah diri akan tumpas di tengah jalan?
Menelusuri hakikat kehidupan, tiada yang indah dalam kehidupan fatamorgana ini. Kehidupan yang terindah adalah kehidupan yang hakiki, kehidupan yang abadi. Di saat diri mengadap semula Maha Pencipta dan menerima hasil daripada usaha dalam kehidupan fatamorgana ini. Kehidupan yang sering diuji, kehidupan yang penuh dengan ranjau dan duri. Ujian yang membuktikan kemahuan pada yang Esa, ujian yang menampakkan betapa kerdilnya diri disisiNya. Tapi, hingga ke saat ini, apakah pandangan Dia pada diri ini? Adakah kesenangan dan kemudahan yang dihadapi sekarang adalah tanda redhaNya? Atau semua itu hanyalah fatamorgana, yang hakikatnya adalah ujian yang makin menimpa-nimpa.
Semakin hari, semakin kerdil terasa diri ini. Adakah hati ini akan terus cekal menghadapi segala ujian yang mendatang, atau adakah diri akan tumpas di tengah jalan?
sekarang aku hanya berfikir bahwa semua ini adalah alat yang dipakai Tuhan untuk membentuk ku, membentuk pribadi ku yang lebih baik lagi,
Berserah, bersyukur & ikhlas menjalaninya adalah caranya.
Berserah, bersyukur & ikhlas menjalaninya adalah caranya.
Kehidupan akan menjadi berarti bila manusia tahu apa arti kehidupan. Kehidupan hanyalah satu fatamorgana bila manusia sudah tidak peduli arti kehidupan. Kehidupan hakiki adalah perkara yang manusia harapkan, tapi kenapa kehidupan fatamorgana yang lebih manusia impikan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar